"Saya dilahirkan oleh seorang ibu yang tidak dapat mendengar dan tidak dapat bicara, alias tunawicara dan tunarungu. Saya tidak tahu siapa ayah saya, apakah dia masih hidup atau sudah meninggal. Ia memperkosa ibu saya, jadi saya adalah anak yang tidak direncanakan.
Saya dan ibu miskin sekali, sehingga pekerjaan pertama yang saya geluti adalah buruh kasar di pertanian kapas.
Saya membenci keadaan saya, dan saya bahkan pernah merasa kecewa terhadap Tuhan. Saya tidak mengerti, untuk apa saya hadir di dunia ini. Saya merasa tidak berguna.
Tapi suatu hari saya menyadari, tidak ada sesuatu pun yang akan tetap sama jika kita tidak menghendaki begitu. Suara hati saya mengatakan, “Kamu dapat memilih: mau tetap seperti ini atau mau keluar dari perasaan tidak berguna ini”.
Pilihan ada di tanganmu! Jadi saya mulai bekerja dengan giat untuk mencari uang demi membiayai sekolah dan ibu saya. Saya terus bekerja keras dengan tekad baja dan akhirnya bisa meraih kesuksesan.”
Azie Taylor Morton, Menteri Keuangan AS |
Ia adalah Azie Taylor Morton saat sedang berceramah membagikan kisah masa lalunya dan bagaimana ia bangkit di salah satu kampus di Amerika. Siapa sangka Ia bisa menjadi Menteri Keuangan Amerika Serikat periode 1977-1981, di bawah pemerintahan Presiden AS ke-39, James Earl.
Husnudzon Point :
Saat Ia memiliki pandangan membenci keadaan dirinya, kecewa terhadap Tuhan, dan merasa dirinya tidak berguna (su’udzon). Ia menjadi wanita yang benar-benar kondisi hidupnya memprihatinkan. Semakin Ia menyalahkan keadaan, hidupnya makin buruk.
Namun setelah cara pandang hidupnya berubah. Saat Ia sadar dalam keadaan seburuk-buruknya yang dia alami, Ia selalu dapat memilih. Memilih jalan hidupnya yang lebih baik. Tuhan sesungguhnya Maha Adil dan Maha Pengasih. #YukHusnudzon!
Dikutip dri Buku "Young Husnudzon : pemuda unggulan berpola pikir solusi, berkembang dan maju." karya Bung Faisal.